Balitbangtan
Kenalkan AWD untuk
Mengontrol Ketersediaan Air Sawah
(Dian
Aulia 14/364403/PN/13607)
Ditulis oleh : Dedi Junaedi, diposting pada: 03-08-2015
JAKARTA
– Untuk merespon pengelolaan sumber daya air di lahan sawah, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sulawesi Tenggara memperkenalkan alat deteksi dalam mengontrol batas kritis
ketersediaan air pada lahan sawah. Namanya, AWD Modifikasi.
Menurut
Ka Balitbangtan Muhammad Syakir, alat ini menjadi elemen penting dalam strategi
pengelolaan air pada lahan sawah khususnya dalam pengairan basah kering
(alternate wetting and drying/AWD) dan merupakan modifikasi dari alat AWD yang
awalnya hanya berupa pipa paralon.
Modifikasi
terbaru dari AWD ini yakni dilengkapi pelampung dalam mengontrol ketinggian air
dalam tabung pipa paralon. Prinsipnya adalah setelah lahan sawah diairi, maka
kedalaman air akan menurun secara gradual, karena diserap tanah dan tanaman
atau melalui evapotranspirasi.
Apabila
penurunan kedalaman air sudah mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah atau
bahkan lebih dari itu, maka lahan sawah harus kembali diairi. Oleh karena itu
pada tiang dilengkapi lampu led yang dihubungkan baterai charger yang bersumber
dari radiasi matahari melalui penggunaan panel solar cell.
Bila
penurunan kedalaman air telah mencapai batas kritis (melewati batas aman), maka
sensor akan segera memberikan isyarat berupa nyala lampu led, yang berarti
saatnya dilakukan pemberian air.
Adanya
sensor cahaya lampu akan membantu petani sehingga tidak perlu masuk ke petakan
sawah untuk mengamati kondisi air di dalam pipa AWD, utamanya saat pemberian
air pada malam hari. Dengan cahaya lampu, maka petani ataupun petugas
pengatur air dapat mengetahui saat yang tepat untuk pemberian air di lahan
sawah.
Alat
AWD modifikasi telah diuji coba pada lahan sawah di Kebun Percobaan Wawotobi
dan di lahan petani di Kecamatan Meluhu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Respon pengguna khususnya petani dan penyuluh pertanian sangat positif dan
mengharapkan sesegera mungkin bisa mendapatkan alat tersebut.
Respon yang sama juga dikemukakan
oleh para petani dan kelompok tani di wilayah Rarowatu Utara, yang pada musim
tanam April-September (ASEP) menggunakan mesin pompa air dengan bahan bakar
gas.
Dikutip dari: http://www.technology-indonesia.com/pertanian-dan-pangan/pertanian/835-dedi-junaedi

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIlham Reza Rahman
BalasHapus13520/B3/Kelompok 1
Adakah nilai penyuluhan
1. Sumber teknologi/ide : Teknologi dan ide dalam artikel ini yaitu alat deteksi untuk mengontrol batas kritis ketersediaan air pada lahan sawah, yaitu AWD modifikasi.
2. Sasaran : Sasaran dari inovasi tersebut yaitu untuk para petani lahan sawah, khususnya kelompok tani di wilayah Rarowatu Utara.
3. Manfaat : Untuk mengontrol batas kritis ketersediaan air pada lahan sawah dan memepermudah pengelolaan air pada lahan sawah.
4. Nilai Pendidikan : Pengetahuan yang dapat diambil dari artikel tersebut yaitu bahwa air pada lahan sawah dapat dikelola dengan lebih baik dengan menggunakan AWD, sehingga petani dapat terbantu dengan adanya inovasi yang dapat mempermudah pengelolaan air dalam lahannya.
Sebutkan dan jelaskan nilai berita yang terkadung dalam artikel
1. Timelines : Berita tersebut termasuk berita baru, diposting pada bulan Agustus 2015.
2. Proximity : Berita tersebut dekat dengan petani karena inovasi yang dilakukan adalah untuk kepentingan petani.
3. Importance : Tulisan tersebut mengandung informasi yang dibutuhkan petani, yaitu untuk mengontrol ketersediaan air lahan sawah.
4. Prominence : Berita ini disampaikan oleh lembaga yang cukup penting bagi kemajuan pertanian di daerah Sulawesi, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.
5. Development : Berita menyagkut inovasi yang mendapat feedback positif dari petani, sehingga baik untuk kemajuan dan kesejahteraan petani.